II.1 Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah
plasenta keluar dan berakhir keika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
semula(sebelum hamil). Masa nifas atau puerperium dimulai sejak satu jam
setelah lahirnya plasenta sampai dengan enam minggu (42 hari) setelah itu.
Nifas adalah masa
dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali
seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6-40 hari. Lamanya masa
nifas ini yaitu ± 6 – 8 minggu.
Masa nifas dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu.
Masa nifas merupakan
masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu
berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang
normal.
II.2 Tahapan/ Periode Masa Nifas
Adapun
tahapan-tahapan masa nifas( post partum/puerperium) adalah:
1. Puerperium Dini / Early Puerperium
Masa
kepulihan, yakni saat-saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Dianggap bersih dan boleh bekerja ( setelah 40 hari ).
2. Puerperium Intermedial
Masa
kepulihan menyeluruh organ-organ genetalia,kira-kira antara 6-8 minggu.
3. Remote Puerperium
Waktu
yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau
waktu persalinan mempunyai komplikasi (bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan
). Sebagai catatan, waktu untuk sehat sempurna bisa cepat bila kondisi sehat
prima, atau bisa juga berminggu-minggu,bulanan, bahkan tahunan, bila ada
gangguan-gangguan kesehatan lainnya.
II.3 Perubahan Fisiologi Masa Nifas
1.
Perubahan
pada Sistem Reproduksi
a. Alat
genitalia
Alat-alat genitalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum
hamil atau sering disebut involusi,selain itu juga perubahan-perubahan penting
lain,yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi karena laktogenik hormone dari
kelenjar hipofisis terhadap kelenjar mammae.
b. Involusio Uteri
Adalah suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum
hamil. Proses
involusi uterus adalah sebagai berikut:
1) Iskemia
Miometrium – Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus
dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi
relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
2) Atrofi
jaringan – Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon esterogen
saat pelepasan plasenta.
3) Autolysis
– Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus.
Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga
panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum
hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon
estrogen dan progesteron.
4) Efek
Oksitosin – Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus
sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai
darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat
implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
Perubahan-
perubahan normal pada uterus selama post partum
Involusio uteri
|
TFU
|
Berat Uterus
|
Diameter Uterus
|
Palpasi Serviks
|
Plasenta Lahir
|
Setinggi pusat
|
1000 gram
|
12,5 cm
|
Lembut/ Lunak
|
7 hari
|
Pertengahan pusat
simpisis
|
500 gram
|
7,5 cm
|
2 cm
|
14 hari
|
Tak teraba
|
350 gram
|
5 cm
|
1 cm
|
6 minggu
|
kembali normal
|
60 gram
|
2,5 cm
|
Menyempit
|
Involusi ini terjadi karena masing-masing sel menjadi lebih
kecil karena cytoplasmanya yang berlebihan di buang. Involusi disebabkan oleh
proses autolysis, pada zat protein dinding rahim dipecah, diabsorbsi dan
kemudian dibuang dengan air kencing, sebagai buktinya kadar nitrogen dalam air
kencing sangat tinggi Pelepasan placenta dari selaput janin dan dinding rahim terjadi
pada stratum spongiosum bagian atas.
Setelah 2-3 hari tampak bahwa lapisan atas dan stratum
spongiosum yang tinggal menjadi nekrosis, sedangkan lapisan bawahnya yang
berhubungan dengan lapisan otot terpelihara dengan baik. Bagian yang nekrosis
dikeluarkan dengan lochea, sedangkan lapisan yang tetap sehat menghasilkan
endometrium yang baru. Epitel baru terjadi dengan proliferasi sel-sel kelenjar,
sedangkan stroma baru dibentuk dari jaringan ikat diantara kelenjar-kelenjar
epitelisasi siap dalam 10 hari, kecuali pada tempat plasenta dimana epitelisasi
memakan waktu 3 minggu.
Involusi tempat Placenta Bekas implantasi placenta merupakan
tempat dengan permukaan kasar, tidak rata, dan kira-kira sebesar telapak
tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu kedua hanya sebesar
3-4 cm dan terakhir nifas 1-2 cm. Luka bekas placenta tidak meninggalkan parut
waktu sembuh.
c. Sub Involusi
Istilah
ini menggambarkan suatu keadaan menetapnya atau terjadinya
retardasi involusi, proses yang normalnya menyebabkan uterus nifas kembali ke bentuk semula. Proses ini disertai pemanjangan masa pengeluaran lokhia dan perdarahan uterus yang berlebihan atau irregular dan terkadang juga disertai perdarahan hebat. Pada pemeriksaan bimanual, uterus teraba lebih besar dan lebih lunak dibanding normal untuk periode nifas tertentu. Penyebab subinvolusi yang telah diketahui antara lain retensi potongan plasenta dan infeksi pamggul. Karena hampir semua kasus subinvolusi disebabkan oleh penyebab local, keadaan ini biasanya dapat diatasi dengan diagnosis dan penatalaksanaan dini pemberian ergonovin (ergotrate) atau metilergonovin (methergine) 0,2 mg setiap 3 atau 4 jam selama 24 sampai 48 jam direkomendasikan oleh beberapa ahli. Namun efektivitasnya dipertanyakan. Di lain pihak, metritis berespon baik terhadap terapi antibiotic oral.
retardasi involusi, proses yang normalnya menyebabkan uterus nifas kembali ke bentuk semula. Proses ini disertai pemanjangan masa pengeluaran lokhia dan perdarahan uterus yang berlebihan atau irregular dan terkadang juga disertai perdarahan hebat. Pada pemeriksaan bimanual, uterus teraba lebih besar dan lebih lunak dibanding normal untuk periode nifas tertentu. Penyebab subinvolusi yang telah diketahui antara lain retensi potongan plasenta dan infeksi pamggul. Karena hampir semua kasus subinvolusi disebabkan oleh penyebab local, keadaan ini biasanya dapat diatasi dengan diagnosis dan penatalaksanaan dini pemberian ergonovin (ergotrate) atau metilergonovin (methergine) 0,2 mg setiap 3 atau 4 jam selama 24 sampai 48 jam direkomendasikan oleh beberapa ahli. Namun efektivitasnya dipertanyakan. Di lain pihak, metritis berespon baik terhadap terapi antibiotic oral.
d. Serviks
Segera setelah post partum bentuk
servik agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri
yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik uteri tidak berkontraksi,
sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk
semacam cincin. Serviks
Cerviks agak menganga, seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya
lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan kecil setelah bayi lahir.Setelah 2 jam
dapat dilalui 2-3 jari. Pada minggu ke-6 pospartum serviks sudah menutup
kembali
e. Ligamen
Ligamen-ligamen
dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang selama kehamilan dan partus,
setelah jalan lahir, berangsur-angsur ciut kembali seperti sediakala. Tidak
jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke
belakang. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah
melahirkan karena ligamenta, fasia, jaringan alat penunjang genetalia menjadi
menjadi agak kendor. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat
genitalia tersebut, juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan
untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post partum sudah dapat
diberikan fisioterapi. Keuntungan lain adalah dicegahnya pula statis darah yang
dapat mengakibatkan thrombosis masa nifas.
f. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama nifas. Lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua nekrotik dari dalm uterus. Lokhea
mempunyai reaksi basa/ alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih
cepat daripasa kondisi asam uyang pada vagina normal. Lokhea berbau amis atau
anyir dengan volume berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak
sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume
kareda adanya proses involusi. Lokhea dibedakan menjadi :
1)
Lochea
Rubra ( Cruenta ) Keluar pada hari pertama sampai keempat masa pospartum.
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel decidua, verniks
kaseosa, lanugo dan mekonium.
2)
Lochea
Sanguinolenta Berwarna merah kecoklatan berlendir,berlansung pada hari ke 4-7
pasca persalinan.
3)
Lochea
Serosa Berwarna kuning kecoklatan,karena mengandung serum,leukosit,dan robekan
atau laserasi plasenta. Berlansung pada hari 7-14 pasca persalinan.
4)
Lochea
Alba/putih Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,selaput
lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati.keluar selama 2-6minggu poss
partum.
5)
Lochea
Purulenta Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
6)
Locheaostasis
Lochea tidak lancar keluar.
g. Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi ( menyusukan ) sejak dari
kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mammae yaitu :
1) Proliferasi jaringan pada kelenjar–kelenjar
alveoli dan jaringan lemak bertambah.
2) Keluar cairan susu jolong dari
duktus laktiferus disebut colostrum, berwarna kuning putih susu.
3) Hipervaskularisasi pada permukaan
dan bagian dalam, dimana vena – vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
4) Setelah persalinan, pengaruh
estrogen dan progesteron hilang. Maka timbul pengraruh hormon laktogenik ( LH )
atau prolaktin yang akan merangsang air susu. Di samping itu pengaruh oksitosin
menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar.
Produksi ASI akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan. Bila bayi mulai
disusui, isapan pada puting susu merupakan rangsangan psikis yang secara
reflektoris mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hypofise. Produksi ASI
akan lebih banyak. Sebagai efek positif adalah involusi uteri akan lebih
sempurna. Disamping ASI merupakan makanan utama bayi yang tidak ada
bandingannya, menyusukan bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa kasih sayang
antara ibu dan anaknya.
h.
Perubahan Pada Vulva
Vagina selama proses
persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan, setelah
beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugae
timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan kecil dan
dalam proses pembentukan berubah menjadi karankulae mitiformis yang khas bagi
wanita multipara. Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan
saat sebelum persalinan pertama
2.
Perubahan pada Sistem Pencernaan
Sistem gastrointestinal
selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya tingginya kadar
progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan
kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan,
kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan
waktu 3-4 hari untuk kembali normal.
Selain itu, nafsu makan Pasca melahirkan, biasanya ibu
merasa lapar sehingga
diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan
waktu 3–4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron
menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu
atau dua hari
Pada Motilitas secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus pencernaan menetap
selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia
bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
Pada pengosongan usus pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini
disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa
pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan,
dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa
nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal. Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali
teratur, antara lain:
a)
Pemberian
diet / makanan yang mengandung serat.
b)
Pemberian
cairan yang cukup.
c)
Pengetahuan
tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
d) Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
3. Perubahan
pada Sistem Perkemihan
Pada masa hamil,
perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang berperan meningkatkan fungsi
ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga
menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu
satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan
dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Ureter yang berdilatasi akan kembali
normal dalam enam minggu. Dinding kandung kemih memperlihatkan odem dan
hyperemia, kadang- kadang edem trigonium yang menimbilkan alostaksi dari uretra
sehingga menjadi retensio urine. Kandung kemih dalam masa kurang sensitif dan
kapasitas bertambah sehingga setiap kali kencing masih tertinggal urine
residual (normal kurang lebih 15 cc). Dalam hali ini, sisa dan trauma pada
kandung kemih sewaktu persalinan menyebabkan infeksi.
4.
Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi pada
saat umur kehamilan semakin bertambah. Adaptasi muskuloskelatal ini mencakup:
peningkatan berat badan, bergesernya pusat akibat pembesaran rahim, relaksasi
dan mobilitas. Namun demikian, pada saat post partum sistem muskuloskeletal
akan berangsur-angsur pulih kembali. Ambulasi dini dilakukan segera setelah
melahirkan, untuk membantu mencegah komplikasi dan mempercepat involusi uteri. Adaptasi sistem
muskuloskeletal pada masa nifas, meliputi:
a) Dinding perut dan peritoneum
Dinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan
pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dari
otot-otot rectus abdominis, sehingga sebagian dari dinding perut di garis
tengah hanya terdiri dari peritoneum, fasia tipis dan kulit.
b) Kulit abdomen
Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan
mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding abdomen dapat kembali
normal kembali dalam beberapa minggu pasca melahirkan dengan latihan post
natal.
c) Striae
Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada
dinding abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna
melainkan membentuk garis lurus yang samar. Tingkat diastasis muskulus rektus
abdominis pada ibu post partum dapat dikaji melalui keadaan umum, aktivitas,
paritas dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu menentukan lama
pengembalian tonus otot menjadi normal.
d) Simpisis pubis
Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi. Namun demikian, hal ini
dapat menyebabkan morbiditas maternal. Gejala dari pemisahan simpisis pubis
antara lain: nyeri tekan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat bergerak di
tempat tidur ataupun waktu berjalan. Pemisahan simpisis dapat dipalpasi. Gejala
ini dapat menghilang setelah beberapa minggu atau bulan pasca melahirkan,
bahkan ada yang menetap.
Beberapa gejala sistem
muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca partum antara lain:
a) Nyeri Punggung Bawah
Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang yang
sering terjadi. Hal ini disebabkan adanya ketegangan postural pada sistem
muskuloskeletal akibatposisi saat persalinan.
Penanganan: Selama kehamilan, wanita yang mengeluh nyeri punggung
sebaiknya dirujuk pada fisioterapi untuk mendapatkan perawatan. Anjuran
perawatan punggung, posisi istirahat, dan aktifitas hidup sehari-hari penting
diberikan. Pereda nyeri elektroterapeutik dikontraindikasikan selama kehamilan,
namun mandi dengan air hangat dapat menberikan rasa nyaman pada pasien.
b) Sakit Kepala dan Nyeri Leher
Pada minggu pertama dan tiga bulan setelah melahirkan, sakit
kepala dan migrain bisa terjadi. Gejala ini dapat mempengaruhi aktifitas dan
ketidaknyamanan pada ibu post partum. Sakit kepala dan nyeri leher yang jangka
panjang dapat timbul akibat setelah pemberian anestasi umum.
c) Nyeri Pelvis Posterior
Nyeri pelvis posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan disfungsi
area sendi sakroiliaka. Gejala ini timbul sebelum nyeri punggung bawah dan
disfungsi simfisis pubis yang ditandai nyeri di atas sendi sakroiliaka pada
bagian otot penumpu berat badan serta timbul pada saat membalikan tubuh di
tempat tidur. Nyeri ini dapat menyebar ke bokong dan paha posterior.
5. Perubahan
Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat
perubahan pada sistem endokrin. Hormon-hormon yang berperan pada proses tersebut, antara lain:
a) Hormon Plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi
oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan. Penurunan
hormon plasenta (human placental lactogen) menyebabkan kadar gula darah menurun
pada masa nifas. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan
menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai onset
pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum.
b) Hormon pituitary.
Hormon pituitary antara lain: hormon prolaktin, FSH dan LH. Hormon
prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun
dalam waktu 2 minggu. Hormon prolaktin berperan dalam pembesaran payudara untuk
merangsang produksi susu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler
pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
c) Hipotalamik pituitary ovarium.
Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya
mendapatkan menstruasi pada wanita yang menyusui maupun yang tidak menyusui.
Pada wanita manyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan
berkisar 16% dan 45% setelah 12 minggu pasca melahirkan. Sedangkan pada wanita
yang tidak menyusui, akan mendapatkan menstruasi berkisar 40% setelah 6 minggu
pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu.
d) Hormon oksitosin.
Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang,
bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga
persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan
mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat
merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusi
uteri.
e) Hormon estrogen dan progesterone
Volume darah normal selama kehamilan, akan meningkat. Hormon
estrogen yang tinggi memperbesar hormon anti diuretik yang dapat meningkatkan
volume darah. Sedangkan hormon progesteron mempengaruhi otot halus yang
mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini mempengaruhi
saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva
serta vagina.
6. Perubahan
Sistem Hematologi
Pada minggu-minggu terakhir kehamilan,kadar fibrinogen danplasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun
tetapi darah lebih mengental dengan peningkatanviskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putihsebanyak 15.000 selama persalinan. Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama
masa post partum.
Jumlah sel darah putih akan tetap bisa naik lagi sampai 25.000 hingga 30.000
tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit sangat bervariasi.Hal ini disebabkanvolume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah.
Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan hidarasi dari wanita tersebut. Jika hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2
persen atau lebih tinggi daripada saat memasuki persalinan awal, maka pasien dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak. Titik 2
persen kurang lebih sama dengan kehilangan darah 500 mldarah.
Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatanhematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 post partum dan akan normal dalam 4-5 minggu post partum.
Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml, minggu pertama post partumberkisar 500-800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml.
7. Perubahan
Sistem Kardiovaskuler
Pada persalinan
pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 cc. Bila kelahiran melalui secio
caesarea kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan tediri dari volume
darah dan hemokonsentrasi. Apabila pada persalinan pervaginam haemokonsentrasi
akan naik dan pada secio caesarea haemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali
normal setelah 4-6 minggu. Setelah melahirkan shunt akan hilang dengan
tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan
beban pada jantung dan dapat menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita
vitium cordia. Untuk keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi
dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti
sediakala. Umumnya hal ini terjadi
pada hari ketiga sampai lima hari postpartum.
Volume darah normal yang diperlukan plasenta dan pembuluh
darah uterin, meningkat selama kehamilan.
Diuresis
terjadi akibat adanya penurunan hormon estrogen, yang dengan cepat mengurangi volume plasma menjadi normal kembali. Meskipun
kadar estrogen
menurun selama nifas, namun kadarnya masih tetap tinggi daripada normal. Plasma darah
tidak banyak mengandung cairan sehingga daya koagulasi
meningkat.
Aliran
ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran
bayi. Selama masa ini ibu
mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progesteron
membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya
vaskuler
pada jaringan tersebut selama kehamilan
bersama-sama dengan trauma
selama persalinan.
8. Perubahan Tanda
– Tanda Vital
a) Suhu Badan
24
jam post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5oC-38oC) sebagai akibat kerja
keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelaha, apabila keadaan normal
suhu badan akan biasa lagi. Pada hari ketiga suhu badan akan naik lagi karena
ada pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya
ASI bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis
traktus urogenitalis atau sistem lain. Kita anggap nifas terganggu kalau ada
demam lebih dari 380C pada 2 hari berturut-turut pada 10 hari pertama
postpartum, kecuali hari pertama dan suhu harus diambil sekurang-kurangnya 4x
sehari.
b) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalahabnormal dan hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan post partum yang tertunda. Sebagian wanita mungkin saja memiliki apa yang disebut bradikardi nifas (puerperal bradycardia). Hal ini terjadi segera setelah kelahiran dan bisa berlanjut sampai beberapa jam setelah kelahiran anak.
Wanita semacam ini bisa memiliki angka denyut jantung serendah 40-50 kali permenit. Sudah banyak alasan-alasan yang diberikan sebagai kemungkinan penyebab, tetapi belum satupun yang terbukti. Bradycardia semacam itu bukanlah satu alamat atau indikasi adanya penyakit, akan tetapi sebagai satu tanda keadaan kesehatan.
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalahabnormal dan hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan post partum yang tertunda. Sebagian wanita mungkin saja memiliki apa yang disebut bradikardi nifas (puerperal bradycardia). Hal ini terjadi segera setelah kelahiran dan bisa berlanjut sampai beberapa jam setelah kelahiran anak.
Wanita semacam ini bisa memiliki angka denyut jantung serendah 40-50 kali permenit. Sudah banyak alasan-alasan yang diberikan sebagai kemungkinan penyebab, tetapi belum satupun yang terbukti. Bradycardia semacam itu bukanlah satu alamat atau indikasi adanya penyakit, akan tetapi sebagai satu tanda keadaan kesehatan.
c) Tekanan Darah
Biasanya
tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan
karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan
terjadinya preeklampsi postpartum.
d) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran pernafasan.
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran pernafasan.
II.4
Perubahan Psikologis Dalam Masa Nifas
Periode masa nifas merupakan suatu waktu yang
sangat rentan untuk terjadinya stress, terutama pada ibu primipara sehingga
dapat membuat perubahan psikologis yang berat. Berikut adalah beberapa
perubahan psikologis yang terjadi pada masa nifas yaitu :
a.
Phase
Honeymoon
Phase
Honeymoon ialah Phase anak lahir dimana terjadi intimasi dan kontak yang lama
antara ibu – ayah – anak. Hal ini dapat dikatakan sebagai “ Psikis Honeymoon “
yang tidak memerlukan hal-hal yang romantik. Masing-masing saling memperhatikan
anaknya dan menciptakan hubungan yang baru.
b. Ikatan kasih ( Bonding dan Attachment )
Terjadi
pada kala IV, dimana diadakan kontak antara ibu-ayah-anak, dan tetap dalam ikatan
kasih, penting bagi perawat untuk memikirkan bagaimana agar hal tersebut dapat
terlaksana partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan salah satu upaya
untuk proses ikatan kasih tersebut. Bounding merupakan satu langkah awal untuk
mengungkapkan perasaan afeksi ( kasih sayang ).
Atachmen merupakan interaksi antara ibu dan bayi
secara spesifik sepanjang waktu.Bounding Atachmen adalah kontak awal antara ibu
dan bayi setelah kelahiran, untuk memberikan kasih sayang yang merupakan dasar
interaksi antara keduanya secara terus menerus. Dengan kasih sayang yang
diberikan terhadap bayinya maka akan terbentuk ikatan antara orang tua dan
bayinya.
c. Periode
adaptasi psikologi masa nifas, dideskripsikan oleh Reva Rubin ada 3, yaitu:
a. Taking in Period
1) Terjadi
pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu umumnya menjadi pasif dan sangat
tergantung dan fokus perhatian terhadap tubuhnya.
2) Ibu lebih
mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami
3) Tidur
yang tidak terganggu sangat penting buat ibu untuk mencegah efek kurang baik
yaitu kurang tidur, kelemahan fisik, gelisah, gangguan proses pemulihan
kesehatan.
4) Tambahan
makanan kaya gizi sangat penting dibutuhkan sebab nafsu makan biasanya akan
meningkat. Kurang nafsu makan memberi indikasi bahwa proses pemulihan kesehatan
tidak berlangsumg normal.
b. Taking Hold Period
1) Periode
ini berlangsung pada 3-4 hari setelah persalinan, ibu menjadi berkonsentrasi
pada kemampuannya menjadi ibu yang sukses, dan menerima tanggung jawab
sepenuhnya terhadap perawatan bayinya
2) Fokus
perhatiannya pada kontrol fungsi tubuh misalnya proses defekasi dan miks,
kekuatan, dan daya tahan tubuh ibu
3) Ibu mulai
merasa sanggup dan terampil merawat bayinya seperti menggendong, memandikan,
menyusui bayinya dan mengganti popok
4) Ibu
menjadi sangat sensitif pada masa ini sehingga mungkin membutuhkan bimbingan
dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu
5) Bidan
sebaiknya memberikan penyuluhan dan support emosional pada ibu
c.
Letting go Period
1) Periode
ini umumnya dialami oleh ibu setelah ibu tiba dirumah dan secara penuh
merupakan waktu pengaturan
2) Kumpul
bersama keluarga
3) Ibu telah
menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu merasa menyadari kebutuhan bayinya
sangat tergantung kesiapannya sendiri sebagai ibu, ketergantungannya kepada
orang lain, serta dipengaruhi oleh interaksi sosial budaya keluarga.
4. Respon Antara
Ibu dan Bayinya Sejak Kontak Awal Hingga Tahap Perkembangannya.
a) Touch ( sentuhan ).
Ibu memulai dengan ujung jarinya untuk
memeriksa bagian kepala dan ekstremitas bayinya. Dalam waktu singkat secara
terbuka perubahan diberikan untuk membelai tubuh. Dan mungkin bayi akan dipeluk
dilengan ibu. Gerakan dilanjutkan sebagai gerakan lembut untuk menenangkan
bayi. Bayi akan merapat pada payudara ibu. Menggenggam satu jari atau seuntai
rambut dan terjadilah ikatan antara keduanya.
b)
Eye
To Eye Contact ( Kontak Mata )
Kesadaran untuk membuat kontak mata
dilakukan kemudian dengan segera. Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap
perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai factor yang penting
sebagai hubungan manusia pada umumnya. Bayi baru lahir dapat memusatkan
perhatian pada suatu obyek, satu jam setelah kelahiran pada jarak sekitar 20-25
cm, dan dapat memusatkan pandangan sebaik orang dewasa pada usia kira-kira 4
bulan, perlu perhatian terhadap factor-faktor yang menghambat proses tersebut
Mis ; Pemberian salep mata dapat ditunda beberapa waktu sehingga tidak mengganggu adanya kontak mata ibu dan bayi
Mis ; Pemberian salep mata dapat ditunda beberapa waktu sehingga tidak mengganggu adanya kontak mata ibu dan bayi
c)
Odor
( Bau Badan ).
Indra penciuman bayi sudah berkembang
dengan baik dan masih memainkan peranan dalam nalurinya untuk mempertahankan
hidup. Penelitian menunjukan bahwa kegiatan
seorang bayi, detak jantung dan pola bernapasnya berubah setiap kali hadir bau
yang baru, tetapi bersamaan makin dikenalnya bau itu sibayipun berhenti
bereaksi. Pada akhir
minggu I seorang bayi dapat mengenali ibunya dari bau badan dan air susu
ibunya. Indra Penciuman bayi akan sangat
kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya ASI pada waktu tertentu.
d)
Body
Warm ( Kehangatan Tubuh )
Jika tidak ada komplikasi yang serius
seorang ibu akan dapat langsung meletakan bayinya diatas perut ibu, baik
setalah tahap kedua dari proses melahirkan atau sebelum tali pusat dipotong.
Kontak yang segera ini memberikan banyak manfaat
baik bagi ibu maupun sibayi kontak kulit agar bayi tetap hangat.
e)
Voice
( Suara )
Respon antara ibu dan bayi berupa suara
masing-masing orang tua akan menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan
tersebut ibu merasa tenang karena merasa bayinya baik ( hidup ).
Bayi dapat mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak
mengherankan bila ia dapat mendengar suara-suara dan membedakan nada dan
kekuatan sejak lahir, meskipun suara-suara itu terhalang selama beberapa hari
terhalang cairan amniotic dari rahim yang melekat pada telinga. Banyak Penelitian memperhatikan bahwa bayi-bayi baru
lahir bukan hanya mendengar secara pasif melainkan mendengarkan dengan sengaja
dan mereka nampaknya lebih dapat menyesuaikan diri dengan suara-suara tertentu
daripada yang lain. Contoh ; suara detak
jantung ibu.
f)
Entrainment
( gaya bahasa )
BBL menemukan perubahan struktur
pembicaraan dari orang dewasa artinya perkembangan bayi dalam bahasa
dipengaruhi diatur, jauh sebelum ia menggunakan bahasa dalam berkomunikasi (
komunikasi yang positip )
g)
Biorhytmicity
( Irama Kehidupan )
Janin dalam rahim dapat dikatakan
menyesuaikan dengan irama alamiah ibunya seperti halnya denyut jantung. Salah
satu tugas bayi setelah adalah menyesuaikan irama dirinya sendiri. Orang tua
dapat membantu proses ini dengan memberikan perawatan penuh kasih yang secara
konsisten dan dengan menggunakan tanda bahaya untuk mengembangkan respon bayi
dan interaksi social serta kesempatan untuk belajar.
II.5 Gangguan Psikologis pada Masa
Nifas
1.
Baby blues
Gangguan efek ringan ( gelisah,
cemas, lelah ) yang sering tampak dalam minggu pertama setelahh persalinan. Faktyor
penyebab anatara lain :
a.
Faktor
Hormonal
b.
Faktor
Usia.
c.
Pengalam
dalam pross kehamilan dan persalinan.
d.
Adanya
perasaan belum siap menghadapi lahirnya bayi.
e.
Latar
belakang psikososial wanita yang bersangkutan
Gejala yang terjadi pada gangguan
ini yaitu reaksi depresi/sedih, menagis, mudah tersinggun atau iritabilitas,
cemas, labil perasaan, cendrung menyalahkan diri sendiri,gangguan tidur dan gangguan
nafsu makan. Pencegahan yang dapat dilakukan seperti beristirahat ketika bayi
tidur, berolahraga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu, tidak
perfeksionis dalam hal mengurusi bayi, bicarakan rasa cemas dan komunikasikan, bersikap
fleksibel dan bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru.
2. Depresi Post partum
Depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan
berlangsung selama 30 hari. Beberapa faktor Penyebabnya antara lain
a.
factor
konstitusional
Gangguan post partum berkaitan
dengan riwayat obstetri yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin, serta
adanya komplikasi atau tidak dari kehamilan dan persalinan sebelumnya.
b.
factor
fisik
Tetrjadi karena ketidakseimbangan
hormonal, Hormon yang terkait dengan terjadinya depresi post partum adalah
prolaktin, steroid dan progesterone.
c.
factor
psikologi
Peralihan yang cepat dari keadaan “
2 dalam 1 “, pada akhir kehamilan menjadi dua individu. Yaitu ibu dan anak yang
bergantung pada penyesuaian psikologis individu.
Gejala yang menyebabkan Depresi Post partum antara lain
a.
Kelelahan dan perubahan mood
b.
Gangguan
nafsu makan dan gangguan tidur
c.
Tidak mau berhubungan dengan orang lain
d.
Tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya
atau dirinya sendiri.
Untuk mencegah terjadinya depresi
post partum sebagai anggota keluarga harus memberikan dukungan emosional kepada
ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat
sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
a.
Beristirahat
dengan baik
b.
Berolahraga
yang ringan
c.
Berbagi
cerita dengan orang lain
d.
Bersikap
fleksible
e.
Bergabung
dengan orang-oarang baru
f.
Sarankan
untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
3.
Post
Partum Psikosa
Depresi yang paling berat, terjadi
pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan. Beberapa faktor penyebab antara lain:
a.
Faktor
sosial kultural (dukungan suami dan keluarga, kepercayaan atau etnik).
b.
Faktor obstetrik dan ginekologik ( kondisi fisik ibu dan
kondisi fisik bayi )
c.
Karakter
personal seperti harga diri yang rendah.
d.
Perubahan
hormonal yang cepat.
e.
Marital
disfungsion atau ketidak mampuan membina hubungan dengan orang lain yang
mengakibatkan kurangnya dukungan.
f.
Unwanted
pregnancy atau kehamilan tidak di inginkan
g.
Merasa
terisolasi.
Gejala yang menyebabkan Post Partum
Psikosa yaitu curiga berlebihan,kebingungan, sulit konsentrasi, bicara meracau
atau inkoheren, pikiran obsesif ( pkiran yang menyimpang dan berulang-ulang ),
dan impulsif ( bertindak diluar kesadaran ).
Pencegahan yang dapat dilakukan pada gangguan ini adalah
1. Pelajari diri sendiri
Pelajari
dan mencari informasi mengenai depresi dan psikosa pospartum, sehingga ibu dan
keluarga sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka akan segera
mendapatkan penanganan yang tepat.
2. Tidur dan makan yang cukup
Diet
nutrisi penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan
tidur yang cukup. Keduanya penting dalam periode pospartum.
3. Olahraga
Merupakan kunci untuk mengurangi
depresi postpartum, lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan kaki
setiap hari, sehingga membuat ibu menjadi lebih rileks dan lebih menguasai
emosional yang berlebihan.
4. Beritahukan perasaan ibu
Jangan
takut untuk mengutarakan perasaan ibu dan mengekspresikan yang ibu inginkan dan
butuhkan demi kenyamanan ibu. Jika mempunyai masalah, segera beritahukan kepada
orang yang dipercaya ataupun orang yang terdekat.
5. Dukungan dari keluarga dan
orang-orang terdekat
Dukungan
dari orang terdekat dari mulai kehamilan, persalinan dan pospartum sangat
penting, yakinkan diri ibu bahwa keluarga selalu berada disamping ibu setiap
ada kesulitan.
6. Persiapan diri dengan baik
Persiapan
sebelum persalinan sangat diperlukan, ikutlah kelas hamil, baca buku-buku yang
dibutuhkan.
7. Lakukan pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan
rumah tangga sedikit banyak dapat membantu ibu melupakan golakan perasaan yang
terjadi selama periode pospartum. Kondisi anda yang belum stabil, bisa ibu
curahka dengan memasak atau membersihkan rumah.
8. Dukungan emosional
Minta
dukungan emosional dari keluarga dan lingkungan sehingga ibu dapat mengatasi
rasa frustasi atau stress. Ceritakan pada mereka mengenai perubahan yang ibu
rasakan, sehingga ibu merasa lebih baik dari setelahnya.
II.6 Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
1)
Nutrisi dan cairan
Pada persalinan normal tidak ada pantangan diet, dua jam stelah
melahirkan boleh minum dan makan seperti biasa. Perhatikan jumlah kalori dan
protein ibu menyusui harus lebih besar daripada ibu hamil, kecuali bila ibu
tidak menyusui, fungsinya yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi dasar kebutuhan
cairan yang meningkat tiga kali dari biasanya. Penambahan kalori pda ibu
menyusui sebanyak 500 kkal tiap hari. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk
melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI
serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangannya.
Makanan yang dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat, seperti
susunannya harus seimbang, porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin,
pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet dan
pewarna. Menu makanan yang seimbang mengandung unsur-unsur, seperti tenaga,
pembangun pengatur dan pelindung.
a. Sumber tenaga (energi) Sumber tenaga
yang diperlukn untuk pembakaran tubuh dan pembentukan jaringan baru. Zat
nutrisi yang termasuk sumber energi adalah karbohidrat dan lemak. Karbohidrat
berasal dari padi0 padian, kentang, umbi, jagung, sagu, tepung , roti, mie, dan
lain-lain. Lemak bisa diambil dari hewani dan nabati. Lemak hewani yaitu
mentega dan keju. Lemak nabati bersal dari minyak kelapa sawit, minyak sayur
dan margarin.
b. Sumber pembangun protein Protein
diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak atau mati.
Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani dan protein nabati. Protein
hewani antara lain telur, daging, ikan, udang kerang, susu, keju. Sedangkan
protein nabati banyak terkandung dalam tahu, tempe, kacang-kacangan, dan lain-
lain.
c. Sumber pengatur dan pelindung (
mineral, airdan vitamin) Mineral, air dan vitamin digunakan untuk melindungi
tubuh dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran metaboisme di dalam tubuh.
Sumber zat pengatur bisa diperoleh dari semua jenis sayur dan buah- buuahan
segar.
2) Ambulasi
Ambulasi dini adalah beberapa jam setelah melahirkan ,
segera bangun dari tempat tidur dan bergerak, agar lebih kuat dan lebih baik.
Gangguan berkemih dan buang air besar juga dapat teratasi, mobilisasi sangat bervariasi,
tergantung pada komplikasi persalinan, nifas atau sembuhnya luka. Jika tidak
ada lakukan dua jam setelah persalinan normal, untuk memperlancar sirkulasi
darah dan mengeluarkan cairan vagina( lochea). Karena lelah setelah persalinan,
ibu harus istirahat, tidur terlentang selma delapan jam pascapersalinan.
Kemudian boleh miring kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis
dan tromboemboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan0jalan
dan hari keempat atau lima boleh pulang.
3). Eliminasi
Usahakan
berkemih secara terarur, karena kandung kemh yang penuh dapat menyebabkan
gangguan kontraksi rahim, yang dapat menyebabkan timbulnya perdarahan dari
rahim. Perempuan pasca persalinan sering tidak merasakan sensasi ingin buang
air besar, disebabkan pengosongan usus besar (kisma) sebelum melahirkan atau
ketakutan menimbulkan robekan pada jahitan. Ini akan menimbulakan sulitnya
pengeluaran pada esok hari karena terjadi pengerasan. Kesulitan ini dapat
dibantu dengan mobilisasi dini, mengkonsumsi makanan tinggi serat dan cukup
minum.
4) Miksi
Hendaknya
kencing dapat dilakuakan sendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami
sulit kencing karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh
iritasi m.sphincer ani slema persaliana. Bila kandungan kemih penuh dan wanita
sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.
5) Defekasi
Sifat
BAB (konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan dan rasa sakit, takut jahitan
terbuaka, atau karena haemoroid. Buang air besar harus dilakukan 3-4 kali pasca
persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi
berak keras dapat diberikan obat laksans per oral aatau rectal. Jika maih belum
bisa dilakuakan klisma.
6) Menjaga kebersihan diri
a) Kebersihan alat genitalia, setelah
melahirkan biasanya perinium menjadi agak bengkak/ memar dan mungkin ada luka
jahitan bekas robekan atau episiotomi.
b) Pakaian, sebaiknya gunakan yang
menyerap keringat, agak longgar didaerah dada sehingga payudara tidak tertekan dan
kering. Demikian juga pada pakaian dalam agar tidak iritasi akibat lochea
c) Kebersihan rambut, biasanya setelah
melahirkan rambut rontok akibat gangguan hormon sehingga rambut lebih tipis.
Namun perwatan rambut perlu diperhatikan gunakan kondisioner rambut dan gunakan
sisir yang lembut dan tidak menggunakan pengering rambut.
d) Kebersihan kulit, kebersihan badan
setelah persalianan ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan
dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan
pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. Oleh karena itu pda
minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu akan merasa jumlah keringat yang
lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan menjaga agar kulit
tetap dalam keadaan kering. Kebersihan vulva Vulva harus selalu dibersihkan
dari depan ke belakang. Tidak perlu khawatir jahitan lepas, vulva yang tidak
dibersihkan akan meningkatkan risiko terjadinya infeksi.
7) Istirahat
Masa nifas berkaitan dengan gangguan pola tidur, terutama
segera setelah melahirkan. 3 hari pertama dapat merupakan hari yang sulit bagi
ibu akibat penumpukan kelelahan karena persalinan dan kesulitan beristirahat
karena perineum. Nyeri perineum pasca partus berkolerasi erat dengan durasi
kala II persalinan. Rasa tidak nyaman di kandung kemih, dan perineum, serta
gangguan bayi, semuanya dapat menyebabkan kesulitan tidur, yang dapat
mempengaruhi daya ingat dan kemampuan psikomotor. Secara eoritis pola tidur
kembali mendekati normal dalam 2 / 3 minggu setelah persalinan, tetapi ibu yang
menyusui mengalami gangguan pola tidur yang lebih besar.
Yang sangat diidamkan ibu baru adalah tidur dia tidur
lebih banyak istirahat di minggu 2 dan bulan 2 pertama setelah melahirkan,
bias mencegah depresi dan memulihkan tenaganya yang terkuras habis.
Banyak
orang yang mengalami sulit tidur. Orang dewasa butuh rata - rata 7 - 8 jam
untuk tidur dan semakin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk tidur saat orang semakin
tua. Orang yang sudah tua biasanya membutuhkan 5 - 6 jam, sesekali begadang
tidak mengganggu kecuali menyebabkan kelelahan esok harinya. Gangguan tidur
yang menetap sering diakibatkan stres, kegelisahan, atau depresi yang membuat
Anda torus capai, kesal, dan tak dapat berkonsentrasi. Simpton atau gejala
fisik seperti nyeri, masalah pernafasan dan hot flush ( serangan rasa panas )
Juga beberapa obat dapat mengganggu tidur
8) Kebutuhan Seksual
Masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari,
menurut orang awam merupakan masa nifas yang penting untuk di pantau. Nifas
merupakan masa pembersihan rahim, sama hal nya seperti masa haid. Darah nifas
mengandung trombosit, sel - sel degeneratif, set – sel mati dan sel – sel
endometrium sisa.
Banyak pasangan suami - istri merasa
frekuensi berhubungan intim semakin berkurang setelah memiliki anak. Ada
anggapan bahwa wanita usai persalinan kurang bergairah karena pengaruh hormon.
Terutama pada bulan - bulan pertama pasca melahirkan, kegiatan mengurus bayi dan
menyusui membuat istri lebih banyak mencurahkan perhatian kepada si kecil di
bandingkan suami. Untuk memiliki waktu berdua saja sulit apalagi berhubungan
intim. Beberapa bulan pertama setelah melahirkan, memang hormon pada wanita
akan di program ulang untuk menyusui dan mengasuh bayi. Waktu dan tenaga seakan
tercurah hanya untuk si kecil, sehingga sulit rasanya mencari waktu untuk
berhubungan intim.
Ibu yang baru malahirkan boleh melakukan
hubungan seksual kembali setelah 6 minggu persalinan. Batasan waktu 6 minggu
didasarkan atas pemikiran pada masa itu semua luka akibat persalinan, termasuk
luka episiotomi dan luka bekas section cesarean ( SC ) biasanya telah sembuh
dengan baik. Bila suatu persalinan di pastikan tidak ada luka atau perobekan
jaringan, hubungan seks bahkan telah boteh dilakukan 3 - 4 minggu setelah
proses melahirkan itu. Meskipun hubungan telah dilakukan setelah minggu ke - 6
adakalanya ibu - ibu tertentu mengeluh hubungan masih terasa sakit atau nyeri
meskipun telah beberapa bulan proses persalinan. Gangguan seperti ini disebut
dyspareunia atau rasa nyeri waktu senggarna. Pada kasus semacam ini ada
beberapa kemungkinan yang bisa menjadi penyebab, yaitu :
a) Sesuai tradisi. Setelah melahirkan ibu - ibu
sering mengkonsumsi jamu - jamu tertentu. Jamu - jamu ini mengandung zat zat
yang memiliki sifat astringents yang berakibat menghambat produksi cairan
pelumas pada vagina saat seorang wanita terangsang seksual.
b) Jaringan baru yang terbentuk karena proses
penyembuhan luka guntingan jalan lahir masih sensitif.
c) Faktor psikologis yaitu kecernasan yang
berlebihan turut berperan. Hubungan seksual yang memuaskan memerlukan suasana
hati yang tenang. Kecemasan akan menghambat proses perangsangan sehingga
produksi cairan pelumas pada dinding vagina akan terhambat. Cairan pelumas yang
minim akan berakibat gesekan penis dan dinding vagina tidak terjadi dengan
lembut, akibatnya akan terasa nyeri dan tidak jarang akan ada luka lecet baik
pada dinding vagina maupun kulit penis suami. Kondisi inilah yang menyebabkan
rasa sakit. Selain itu ada dua lagi penyebab yang mungkin menurunkan gairah
seksual ibu pascamelahirkan. Pertama penyebab langsung seperti luka pada
persalinan. Kemudian penyebab tidak langsung seperti depresi, baby blues atau
kelelahan.
Pada
prinsipnya, tidak ada masalah untuk melakukan hubungan seksual setelah selesai
masa nifas 40 hari. Hormon prolaktin tidak akan membuat ibu kehilangan gairah
seksual. Beragam perilaku seksual pada ibu - ibu pasca melahirkan yang
menyusui, Jika sebagian lagi merasa tidak bergairah untuk melakukan kegiatan
seksual, sedangkan sebagian lagi merasakan hasrat seksual yang tinggi. Intinya
ialah permasalahan psikologis ibu untuk melakukan hubungan seksual. Jika memang
ibu sudah tidak mengatami luka pasca persalinan, maka boleh – boleh saja.
9)Rencana KB
Pemilihan
kontrasepsi harus dipertimbangkan pada masa nifas. Apabila hendak menggunakan
alat kontrasepsi yang mengandung hormon harus menggunakan obat yang tidak
mengangu produksi
10) Senam Nifas
Adalah senam yang dilakukan oleh ibu setelah persalinan,
setelah keadaan ibu normal (pulih kembali). Senam nifas merupakan latihan yang
tepat untul memulihkan kondisi tubuh ibu dan keadaan ibu secara fisiologis
maupun psikologis. Wanita yang setelah persalinan seringkali mengeluhkan bentuk
tubuhnya yang melar. Hal ini dapat dimaklumi karena merupakan akibat
membesarnya otot rahim karena pembesaran selama kehamilan dan otot perut jadi
memanjang sesuai usia kehamilan yang terus bertambah. Setelah persalinan,
otot-otot tersebut akan mengandur. Selain itu, peredaran darah dan pernafasan
belum kembali normal. Hingga untuk mengembalikan tubuh ke bentuk dan kondisi
semula salah satunya dengan melakukan senam nifas yang teratur di sarnping
anjuran-anjuran lainnya.
a. Waktu Untuk Melakukan
Senam Nifas
Senam
nifas sebaiknya dilakukan dalam 24 jam setelah persalinan, secara teratur
setiap hari. Kendala yang sering ditemui adalah tidak sedikit ibu yang setelah
melakukan persalinan takut untuk melakukan mobilisasi karena takut merasa sakit
atau menambah pendarahan. Anggapan ini tidak tepat karena 6 jam setelah
persalinan normal dan 8 jam setelah persalinan caesar, ibu sudah dianjurkan
untuk melakukan mobilisasi dini. Tujuannya mobilisasi ini agar terutama
peredaran darah ibu dapat berjalan dengan baik. Selanjutnya ibu dapat melakukan
senam nifas.
Degan
melakukan senam nifas tepat waktu, maka hasil yang didapat pun bisa maksimal.
Senam nifas tentunya dilakukan secara bertahap hari demi hari. Bentuk latihan
senam antara ibu yang habis persalinan normal berbeda dengan caesar. Pada ibu
yang mengalami persalinan caesar, beberapa jam setelah keluar dari kamar
operasi, pernafasan lah yang dilatih guna mempercepat penyembuhan luka operasi,
sementara latihan untuk mengencangkan otot perut dan melancarkan sirkulasi
darah di tungkai baru dilakukan 2-3 hari setelah ibu dapat bangun dari tempat
tidur. Sedangkan pada persalinan normal, bila keadaan ibu cukup baik, semua
gerakan senam bisa dilakukan.
Walaupun
banyak kegunaannya, tidak semua ibu setelah persalinan dapat melakukan senam
nifas. Untuk ibu-ibu yang mengalami komplikasi selama persalinan tentu tidak
boleh melakukan senam nifas. Demikian juga untuk penderita kelainan seperti
jantung, ginjal atau diabetes. Jangankan untuk melakukan senam, ibu tersebut
justru harus istirahat total sekitar 2 minggu postpartum. Sedangkan pada ibu
pada persalinan normal dan bila tidak dibatasi oleh pemasangan infus juga tanda
vital ibu (tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi) normal, maka ibu dapat
mulai melakukan ambulasi dini seperti ke kamar mandi untuk BAK sendiri dan
senam nifas 24 jam setelah persalinan.
b. Tujuan/ Kegunaan
Senam Nifas
Banyak
sekali manfaat dari melakukan senam nifas. Secara umum adalah untuk
mengembalikan keadaan ibu agar kondisi ibu kembali seperti sediakala sebelum
kehamilan, manfaat itu antara lain :
1) Memperbaiki sirkulasi darah sehingga mencagah
terjadinya pembakuan (trombosis) pada pembuluh darah terutama pembuluh tungkai.
2) Memperbaiki sikap tubuh setelah kehamilan dan
persalinan dengan memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung.
3) Memperbaiki tonus otot pelvis
4) Memperbaiki regangan otot tungkai bawah
5) Memperbaiki regangan otot abdomen setelah
hamil
6) Meningkatkan kesadaran untuk melakukan
relaksasi otot-otot dasar panggul
7) Memperlancar terjadinya involusio uteri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar